Ikut Aksi dibilang Fomo, Ikut Ngeshare dibilang Sok Care

Oleh: Fahrullah Dalam aksi #daruratdemokrasi kemarin, ada beberapa pendapat yang menurut saya terlalu subyektif untuk sekadar membenarkan satu pandangan, ya semacam “Idih sok aktivis!” “Repost-repost kayak gitu kayak yang ngerti aja.” “IWH. FOMO banget padahal gak ngerti apa-apa.” gitu lah. Ada juga yang tadinya aktif, terus sekarang terlihat tidak vokal lalu dibully “Mana nih yang katanya aktivis?” “Si […]
Sesuatu, di Purwakarta

Oleh: Andini Nuraida Syafira Rasanya, munafik jika aku tak terpana melihat keindhan kota iniRasanya, munafik jika aku tak termangu melihat keindahanPurwakartaRasanya, munafik jika aku tak terkesima dengan pesona Purwakarta Kala itu sore hari saat aku melangkah dengan mantapIndah sekali rasanya, menatap keadaan kota dengan khidmat Ada yang istimewa di Purwakarta, bukan analogi biasa,Tapi ini perihal […]
Mengintip Purwakarta Dari Dekat

Oleh: Andika Budiargo Jika bergurau di atas jam 3 pagi dan teman saya bertanya: “Bagaimana jika Dajjal turun di Purwakarta?” Sontak mungkin saya akan berkelakar bahwa Dajjal akan mati bosan di sini. Kelakar saya bukan tanpa alasan. Saya pernah menyitir kalimat di tulisan sebelumnya, “Jangan Sampai Purwakarta Menjadi Kabupaten yang Tidak Menawarkan Apa-Apa.” Jika dibandingkan […]
Sandal Ulama vs Sepatu Mewah DPR: Duel Gaya di Kantor Kedutaan Indonesia di Amerika

Oleh: Maulana Abdul Azis Saya pernah nyantri di pesantren, dan pengalaman itu adalah pengalaman langka yang tidak dialami oleh orang-orang yang bekerja di kantor saya di Amerika. Karenanya, pesantren dan santri adalah hal asing di kepala banyak orang, bahkan banyak yang tidak tahu sama sekali tentang pesantren. Jangankan untuk orang yang sudah lama tinggal di […]
Seni Berjalan Sempoyongan

Oleh: Ahmad Farid Kau tak pernah berkelahi seumur hidupmu, tapi kini kau ingin seseorang menghajar wajahmu. Kau mengambil posisi duduk yang paling nyaman—sambil selonjoran di tengah kasur, bersandar pada bantal yang kau tegakkan di tembok. Posisi ini, menurutmu, adalah yang terbaik untuk meredam gemetar tubuhmu sejak aroma yang begitu akrab menguar dari dalam amplop dan […]
Mendengar Wahyu Sendirian

Oleh: Ahmad Farid Agus Apriandi alias Abuuna masih bisa merasakan bulu kuduknya meremang, meski pengalaman pertamanya mendengar suara Malaikat Jibril sudah berlalu berbulan-bulan silam.“Lihat bulu-bulu tanganku,” katanya padaku. Aku tak melihat ada yang khusus di lengannya selain jam tangan Swiss Army bajakan. Mulanya suara itu terdengar seperti saat radio mencari-cari stasiun penyiaran terdekat, “Zzzzzt,” yang panjang dan konstan. […]
Kitab yang Hilang

Oleh: Ahmad Farid Saat berkendara dari Bekasi ke Purwakarta, tepatnya di tol keluar Jatiluhur, Ana dipertemukan dengan frekuensi 3.33 FM. Ana lupa nama stasiunnya, mungkin Al-Bayan atau Al-Muyassar. Ana kurang memperhatikan. Channel itu menyiarkan pengajian ustaz muda yang ceroboh. Bacaan Al-Qurannya tidak mujawwadah, berkali-kali Ana sampai tidak sengaja mengoreksi idgham dan idzhar-nya. Sampai akhirnya Ana memutuskan untuk mematikan radio […]
Grup WA Keluarga

Oleh: Ahmad Farid Setelah kakakku menggorok leher orang asing itu, ayah segera menenangkan keadaan. Maksudku, tidak ada yang bisa tenang-tenang saja melihat kejadian semacam ini bukan? Tidak ada suara, bukan berarti tenang. Aku tak ingat kapan terakhir kami semua bisa satu ruangan seperti ini. Apalagi dengan satu mayat di tengah-tengahnya. Seingatku saat lebaran pun, tak […]
Cerita yang Tidak Kau Suka

Oleh: Ahmad Farid Kau mungkin belum tahu ini, tapi tak perlu kaget, karena ini mungkin bukan hal yang menarik. Kau boleh angkat matamu dari paragraf ini dan tidak perlu menyimak ceritaku kali ini. Sejak 12 tahun lalu, setiap malam Jumat Kliwon, aku selalu bangun tidur jam tiga dini hari dan mendapati tubuhku berubah jadi charger putih merk […]
Kita Hidup di Zaman Migrasi Otak dari Kepala ke Dengkul

Oleh: Ali Novel Moralitas yang terkapar sekarat, anak-anak yang teracunipolusi kebudayaan menjelma menjadi zombie yang bebaldan barbar, dan kita hanya sanggup bersembunyi di pojokan,meratapi sejarah mengutuki diri sendiri